Jakarta, CNBC Indonesia - Institut untuk Pembangunan Ekonomi dan Keuangan (INDEF) mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 hanya akan mencapai 5%. Ini lebih rendah daripada proyeksi pertumbuhan yang ditetapkan pemerintah dengan asumsi APBN 2025 sebesar 5,2%. Direktur Eksekutif INDEF, Esther Sri Astuti, menyatakan bahwa proyeksi ini didasarkan pada kondisi yang melanda daya beli masyarakat Indonesia pada tahun ini hingga berbagai kebijakan pemerintah dan masalah global.
Perkiraan Ekonomi Indonesia 2025: Pertumbuhan 5% dan Masalah-Masalah Lainnya
Pengaruh Daya Beli Masyarakat
Konsumsi rumah tangga merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Pada tahun 2024, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama tiga kuartal hanya tumbuh di bawah 5%. Dalam kuartal I-2024 hanya mencapai 4,91%, kuartal II 4,93%, dan kuartal III 4,91%. Akibatnya, aktivitas ekonomi Indonesia secara tahunan hanya tumbuh 4,95% pada kuartal III-2024, lebih rendah daripada laju pertumbuhan per kuartal III-2023 sebesar 5,05%. Ini menunjukkan bahwa penurunan daya beli masyarakat telah memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi.Dalam kondisi ini, Esther Sri Astuti mengungkapkan bahwa potensi daya beli akan semakin tertekannya pada 2025. Hal ini disebabkan oleh kebijakan kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11% saat ini menjadi 12% pada 2025. Hal ini akan menyebabkan kenaikan harga barang menjadi lebih tinggi, yaitu 9% pada 2025.Peran Aktivitas Ekonomi Global
Aktivitas ekonomi global pada 2025 juga berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dipicu oleh kembali menangnya Donald Trump dalam pemilihan Presiden AS pada 2024. Risiko perang perdagangan dengan perang tarif akan semakin besar, sehingga mengganggu aktivitas ekspor Indonesia. Esther Sri Astuti menyatakan bahwa perang ini akan melebar ke negara seperti Vietnam sebagai basis produksi China saat ini. Indonesia memiliki potensi untuk mendapatkan keuntungan dari perang ini dengan keluarnya pabrikan dari China dan Vietnam untuk berinvestasi di negara sekitar yang mampu mempenetrasi pasar Amerika Serikat. Namun, jika kondisi struktural seperti tingginya biaya untuk berinvestasi tidak segera diatasi, maka Indonesia mungkin tidak akan mendapatkan manfaat seperti yang terjadi pada Perang Dagang pada 2018.Impak Inflasi, Kurs Rupiah, dan Kemiskinan
Selain pertumbuhan ekonomi yang hanya akan mencapai 5%, INDEF juga memperkirakan tekanan inflasi pada 2025 akan berada di level 2,8%. Kurs rupiah juga akan bertengger di kisaran Rp 16.100/US$. Tingkat pengangguran terbuka di proyeksi 2025 adalah 4,75%, dan tingkat kemiskinan 8,8%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan ekonomi di tahun 2025.Dalam kesimpulan, proyeksi ekonomi Indonesia 2025 menunjukkan bahwa Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan, termasuk penurunan daya beli masyarakat, tekanan aktivitas ekonomi global, dan dampak lain pada inflasi, kurs rupiah, dan kemiskinan. Namun, dengan adanya kebijakan yang tepat dan penanganan yang baik, Indonesia masih memiliki peluang untuk mencapai pertumbuhan yang lebih baik di masa depan.