Rusia telah mengambil tindakan penting dalam konflik Sudan dengan memveto resolusi PBB. Konflik ini yang terus berlangsung telah menyebabkan ribuan korban jiwa dan menjadi masalah serius di dunia. Dalam pernyataannya, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky mengungkapkan pandangan Rusia bahwa konflik tersebut seharusnya dikelola oleh Sudan sendiri. Peran Rusia dalam Konflik Sudan: Implikasi yang Besar
Perspektif 1: Pandangan Rusia terhadap konflik Sudan
Rusia berpandangan bahwa konflik di Sudan adalah masalah internal bagi negara itu sendiri. Menurut Dmitry Polyansky, Moskow merasa bahwa Khartoum seharusnya bertanggung jawab atas situasi yang terjadi. Hal ini menunjukkan pandangan unik Rusia tentang konflik yang melibatkan dua kelompok utama, yaitu Angkatan Bersenjata Sudan dan Rapid Support Forces (RSF). RSF dengan cepat mengambil alih sebagian besar ibu kota dan telah menyebar ke setidaknya setengah negara. Namun, konflik tersebut juga telah mengakibatkan beberapa wilayah kekuasaannya direbut kembali oleh militer Khartoum.
Peran Rusia dalam konflik ini tidak hanya berarti memveto resolusi PBB, tetapi juga menunjukkan kebijakan internasional Rusia dalam menangani konflik di negara-negara di Asia Tenggara. Rusia mungkin memiliki tujuan tersendiri dalam mengelola konflik tersebut, meskipun hal ini telah mengakibatkan reaksi negatif dari beberapa negara lain, seperti Inggris dan Amerika Serikat.
Perspektif 2: Implikasi Veto Rusia untuk perdamaian
Veto Rusia terhadap resolusi PBB telah menjadi topik berdebat. Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan bahwa tindakan Rusia sungguhlah memalukan. Menurutnya, hal ini telah menghalangi prospek perdamaian di Sudan. Presiden Joe Biden juga menyebut konflik harus diakhiri dengan membuat seluruh pihak menghentikan diri dari mendistribusikan senjata ke dalam konflik tersebut.
Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengecam veto Moskow. Ia menyatakan bahwa keputusan Rusia tersebut sangat mengejutkan karena resolusi tersebut dibuat untuk menghentikan pertumpahan darah di Sudan. Namun, Rusia telah menghalangi tindakan dewan untuk mengatasi situasi bencana di Sudan dan mempermainkan kedua belah pihak yang berkonflik.
Perspektif 3: Hubungan RSF dengan Rusia
RSF dan Pemerintah Sudan sendiri juga sempat disebut-sebut mendapatkan dukungan dari Rusia. Di sisi RSF, kelompok itu bahkan sempat memperoleh dukungan dari kelompok paramiliter Rusia, Wagner Group. Hal ini menunjukkan bahwa konflik di Sudan tidak hanya melibatkan dua kelompok utama di dalam negeri, tetapi juga memiliki ikatan dengan pihak luar, seperti Rusia.
Hubungan antara RSF dan Rusia mungkin memiliki dampak yang signifikan bagi konflik di Sudan. Rusia mungkin memiliki tujuan tertentu dalam mendukung RSF, seperti mengendalikan sumberdaya minyak di Sudan atau mengurangi pengaruh Amerika Serikat di Asia Tenggara. Namun, hal ini juga telah mengakibatkan reaksi negatif dari beberapa negara lain, seperti Inggris dan Amerika Serikat, yang merasa bahwa Rusia sedang memainkan peran yang tidak sehat dalam konflik tersebut.