Di Jakarta, CNBC Indonesia, program pemerintah untuk membangun 3 juta rumah per tahun sebenarnya membuat banyak masyarakat berhenti membeli unit properti. Para pengembang mengungkapkan bahwa program ini membuat masyarakat berharap mendapatkan rumah gratis. Akibatnya, banyak calon pembeli akhirnya menahan pembelian.
Dampak Program 3 Juta Rumah pada Masyarakat dan Industri
Pengalaman Masyarakat
Para masyarakat yang sebelumnya berharap mendapatkan rumah gratis dengan program pemerintah ini, ternyata mengalami perubahan pikirannya. Ketika mereka mendengar tentang program rumah gratis, banyak yang langsung membatalkan booking. Sebagai contoh, dari 10 booking yang dilakukan, ada 1-3 yang dibatalkan. Uang tanda menjadi yang awalnya merupakan langkah pertama masyarakat dalam memiliki rumah, tetapi tren ini yang cukup banyak terjadi di masyarakat membuat dampaknya cukup besar pada sektor properti.Perspektif Pengembang
Untuk pengembang, tren ini sangat bingung. Mereka melihat bahwa banyak calon konsumen yang sebelumnya tertarik dengan pembelian rumah, tetapi setelah mengetahui program rumah gratis, mereka langsung membatalkan booking. Ini membuat pengembang takut akan kehilangan peluang bisnis. Sebagai yang dikutip Joko Suranto, "Rumah gratis itu membingungkan pengembang. Banyak calon konsumen membatalkan booking setelah omongan rumah gratis itu. Dari 10 booking, ada 1-3 yang dibatalkan." Mereka takut jika industri properti terus bergerak seperti ini, maka mereka akan kehilangan peluang untuk mengembangkan proyek-proyek properti.Pengalaman Maruarar Sirait
Sebelumnya, Menteri Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PKP) Maruarar Sirait meresmikan pembangunan program perumahan 3 juta rumah Presiden Prabowo Subianto. Dalam peresmiannya, proyek awal adalah membangun 250 unit rumah rakyat secara gratis di wilayah Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang. Proyek ini digarap dia atas lahan seluas 2,5 hektare dan merupakan hibah dari PT Bumi Samboro Sukses dengan pembangunannya dikerjakan oleh Agung Sedayu Group (ASG). Maruarar ditemani oleh Bos Agung Sedayu Grup Sugianto Kusuma alias Aguan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah sebenarnya sudah mulai melakukan langkah-langkah untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dalam bentuk rumah gratis. Namun, dampaknya juga tidak semudah diragukan.Perbandingan dengan Trending Sektor Otomotif
Fenomena ini mengingatkan akan terjadinya tren menahan pembelian pada sektor otomotif. Kala itu, masyarakat menahan pembelian karena berharap mendapatkan 'diskon' mobil yang nilainya mencapai puluhan juta rupiah. Begitu juga dengan sektor properti saat ini. Masyarakat berharap mendapatkan rumah gratis, sehingga mereka menahan pembelian. Ini menunjukkan bahwa tren menahan pembelian tidak hanya terjadi di sektor otomotif, tetapi juga di sektor properti.